Thecronutproject.com – Perusahaan terkait dengan kepentingan banyak orang. Kode etik perusahaan hadir untuk memberikan batasan dan kesepakatan yang diatur bersama-sama dalam perusahaan.
Artikel ini akan membahas hal yang terkait dengan kode etik sebagai berikut:
Perlunya Kode Etik Perusahaan
Mengapa perlu ditetapkan kode etik? Bagaimana kode etik perusahaan dapat menjaga relasi positif antara karyawan perusahaan?
Manfaat kode etik yang pertama adalah berkaitan dengan penegakan norma susila untuk memisahkan tindakan baik dari yang buruk.
Norma susila bersifat absolut, berintegritas, dan mencerminkan tindakan manusia yang sepantasnya.
Alasan kedua perlunya kode etik perusahaan adalah untuk menghindarkan setiap individu dalam profesi tertentu dari kerugian oleh pihak lain.
Bisa juga bertujuan agar seorang karyawan tidak mengambil untung dari perusahaan untuk memperkaya diri ataupun sebaliknya.
Budaya Perusahaan
Saat menentukan rancangan kode etik perusahaan, budaya perusahaan dan konsep norma umum dapat menjadi patokan.
Budaya perusahaan sangat tergantung pada visi dan misi yang ingin dipegang dan dibangun oleh perusahaan. Pada umumnya, visi dan misi sudah disepakati oleh para pendiri perusahaan. Bukan begitu?
Selain budaya perusahaan, tentu saja ada prinsip norma umum yang tidak melanggar nilai-nilai dalam masyarakat, antara lain:
- Integritas
Setiap karyawan di perusahaan manapun harus tetap menerapkan sikap yang jujur, adil, dan konsisten. Kira-kira sikap seperti apa yang diinginkan dari seorang karyawan di perusahaan?
Tentunya karyawan harus dapat mengungkapkan kejujuran dengan cerdik dan menunjukkan sikap yang dapat meningkatkan kepercayaan.
Prinsip integritas adalah salah satu prinsip yang dapat diandalkan untuk membangun kepercayaan antara karyawan-perusahaan (mutual trust).
- Profesionalitas
Kecakapan dalam menyelesaikan tugasnya dalam perusahaan adalah representasi dari profesionalitas karyawan.
Dalam karyawan, prinsip ini perlu penekanan yang berulang dan tebal. Karena tanpa kemampuan untuk menyelesaikan tugas, sikap integritas atau prinsip lainnya tidak cukup meningkatkan efektivitas dan produktivitas perusahaan.
Apa yang terjadi jika seluruh karyawan berintegritas, namun tidak ada yang mampu meningkatkan produktivitas dan mencapai target perusahaan?
Tentu saja, seorang karyawan bukan hanya berintegritas, tetapi juga harus profesional.
- Independen dan Hormat
Sikap independen dan saling menghormati sangat mendorong produktivitas perusahaan, karena para karyawannya akan lebih fokus menyelesaikan tugas daripada curhat tentang masalah kehidupan mereka masing-masing.
Contoh, jika sales marketing saling independen, mereka akan lebih banyak menemui klien untuk mengejar ketinggalan target. Saat mereka saling menghormati, mereka dapat bekerja dalam tim dan saling mendorong dalam pencapaian target.
- Tanggung Jawab
Karyawan seharusnya merasa bertanggung jawab terhadap tugas yang belum terselesaikan dengan baik.
Contohnya, jika seorang guru tidak menyelesaikan koreksian dan mengembalikan hasil pekerjaan siswa tepat waktu, siswa akan kesulitan dalam belajar dan tidak mengetahui progress yang sudah mereka lakukan.
Selain menyelesaikan tugasnya, karyawan juga bertanggung jawab pada kerahasiaan perusahaan.
Misalnya, sebuah perusahaan logistik dengan rahasia perhitungan ‘Bebas Biaya Kirim’. Tentu saja, perusahaan ini tidak mau teknik pemasaran perusahaannya menjadi fitur yang biasa pada perusahaan serupa.
Untuk itu, sangat penting bagi karyawan untuk menjaga ‘resep’ rahasia masing-masing perusahaan demi kelangsungan usaha.
Seharusnya karyawan tidak hanya tajam ke karyawan, namun juga kepada jajaran manajerial dan pemilik.
Baca juga: Cara Mengecek NIB Perusahaan Yang Tepat dan Mudah
Sanksi Pelanggaran Kode Etik
Dengan adanya kode etik perusahaan, karyawan yang melakukan pelanggaran dapat diberikan sanksi untuk menjaga ketertiban dan memberikan rasa aman.
Macam-macam sanksi kode etik dapat bervariasi tergantung penetapan di awal dan kesepakatan bersama. Contohnya:
- Peringatan lisan
Jika ada invasi terhadap ranah privasi seorang karyawan, dia dapat melaporkan pelaku kepada otoritas yang lebih tinggi. Tujuannya untuk memberikan peringatan kepada pelaku mengenai tindakannya yang tidak menyenangkan.
Tantangan bagi korban adalah pengumpulan bukti. Pelanggaran kode etik di tingkat personal agak sulit dibuktikan, kecuali pelaku melakukannya berulang.
Pelaku invasi area privat biasanya sangat memperhatikan lingkungan sekitar dan bertindak hanya saat tidak ada siapapun di dekat targetnya.
Untuk itu, kesadaran korban harus bertambah. Sehingga korban dapat berjaga-jaga, saat kesempatan pelaku mendekatinya muncul. Dengan demikian, korban dapat lebih mudah mengumpulkan bukti.
Setelah terkumpul bukti, jangan menunggu lama, korban harus langsung melapor ke atasan untuk mendapatkan perlindungan.
- Skorsing
Kode etik tidak hanya berada di ranah perusahaan. Misalnya saja kasus terbaru (30/7) mengenai pelanggaran kode etik oleh Ketua Dewan Pimpinan Cabang Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Sidoarjo, Bambang Soetjipto.
Dalam persidangan kasus kliennya, Ketua Peradi menjanjikan kemenangan dan menjabarkan keterangan yang salah. Sehingga, sang ketua beserta beberapa orang timnya mendapat hukuman skorsing dan/atau pencabutan izin selama beberapa bulan.
Biasanya, tindakan skorsing hanya berlangsung sementara. Meski terkadang, tingkatan sementara dapat berlangsung berbulan-bulan. Sayangnya, manusia suka melupakan hal yang telah terjadi dan terkadang muncul keinginan untuk kembali melakukannya.
- Pemecatan atau Pencabutan Izin Praktik
Apabila pelanggaran karyawan masih tetap berlanjut, Human Department Resource (HRD) atau pemilik perusahaan dapat memecat pelaku.
Jika profesi pelaku adalah pekerja praktik, seperti psikolog, guru, advokat, dan lainnya, pencabutan izin praktik harus melalui proses persidangan dari pengadilan.
Sanksi kode etik ini adalah yang terberat, karena kehilangan pekerjaan atau izin praktik seharusnya dapat memberikan pelajaran yang membekas pada pelaku pelanggaran kode etik.
Hubungan karyawan dan perusahaan sebenarnya mirip dengan hubungan antar anggota keluarga, hanya saja tanpa penekanan pada bagian produktivitas dan target pencapaian.
Dalam segala sesuatu, harus ada aturan main. Di sinilah kode etik perusahaan berperan dan menjaga keberlangsungan perusahaan.
Pada lain sisi, karyawan juga menjaga kepentingan karyawan, agar tidak ada penyalahgunaan kewenangan.