Thecronutproject.com – Tak di sangka Giant tutup permanen oleh PT Hero Supermarket Tbk (HERO) dilakukan secara permanen dilakukan mulai Juli mendatang namun tidak membuat keuntungan bagi kompetitornya seperti Hypermart, Carrefour dan Transmart. Alasanya adalah perusahaan ritel besar tersebut juga mengalami tantangan berat dengan kompetitornya yaitu minimarket yang lebih kecil dan pengecer kelontong.
Pada sebuah riset yang di lakukan oleh lembaga Fitch Ratings dan telah di publikasikan menjelaskan jika, walaupun perusahaan HERO membuat keputusan Giant tutup secara permanen menggantinya dengan toko format supermarket, Hero, atau IKEA.
Penutupan tersebut tidak akan berarti lebih banyak ruang untuk ekspansi format hypermarket lainnya, “Karena hypermarket secara bertahap kehilangan daya tarik mereknya bagi konsumen Indonesia,” tulis Fitch Ratings, dikutip Jumat (4/6/2021).
Baca Juga; Inflasi: Pengertian, Penyebab, Dan Dampak Yang Ditimbulkan
Hypermart telah mempunyai sekitar 90 toko tercatat pada akhir tahun 2020, dan mengalami penurunan pesat lebih dari 100 toko pada akhir tahun 2019. Giant sebelum tutup mempunyai 75 gerai, terdiri dari Giant Ekstra dengan format besar dan Giant Ekspres dengan format lebih kecil, muncul ketika sesudah menutup 25 gerai sejak 2019.
Adapun gerai Hypermart dikelola oleh emiten Grup Lippo PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), yang sahamnya juga dimiliki oleh PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) di bawah 5%.
Saat ini lebih Pasar ritel grosir Indonesia didominasi oleh format minimarket yang lebih kecil contohnya Alfamart yang dikelola PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dan Indomaret milik PT Indomarco Prismatama (asosiasi dengan PT Indoritel Makmur Internasional Tbk/DNET) dan masing-masing lebih dari 15.000 toko di seluruh Indonesia.
Alfamart sendiri sudah menambah lebih dari 1.000 toko, dan Indomaret telah menambah 700 toko selama 2020 sementara itu bagi hypermarket sendiri sudah berjuang untuk mempertahankan kehadiran toko mereka ini di akibatkan persaingan dari minimarket tersebut.
“Keunggulan kompetitif minimarket dalam hal daya tawar yang kuat dengan pemasok dan kedekatan dengan pembeli akan menyulitkan operator hypermarket untuk memperluas kehadirannya, meskipun persaingan di ruang hypermarket berkurang,” urai Fitch lebih lanjut. Ditambah lagi, kinerja keuangan hypermarket yang sedang lesu juga semakin mempersulit persaingan dengan minimarket.
HERO misalnya, terus mengalami kerugian operasional sementara pendapatannya turun 16% yoy menjadi Rp 1,7 triliun di kuartal pertama tahun ini dari sebelumnya Rp2,6 triliun.
Hypermart yang dikelola oleh MPPA juga akan mengalami kesulitan untuk memperluas gerainya secara signifikan, karena pendapatannya menurun sebesar 22% selama tahun 2020 dan terus mengalami kerugian operasional.
Di sisi lain, Fitch memperkirakan Alfamart akan terus membukukan pertumbuhan pendapatan sekitar 5% pada tahun 2021 sambil mempertahankan marjin EBITDA yang stabil di sekitar 6%, didukung oleh kombinasi ekspansi toko dan pemulihan pertumbuhan penjualan toko yang sama.
Baca Juga; 5 Pilihan Investasi Halal Untuk Pemula Yang Menguntungkan
Proposisi bisnis hypermarket dalam hal area toko yang lebih besar juga menghasilkan biaya operasional yang lebih tinggi dalam hal sewa dan tenaga kerja untuk dijalankan dibandingkan dengan minimarket.
Sebagai perbandingan, beban gaji HERO menyumbang sekitar 10%-13% dari total pendapatan sepanjang 2019-2020 sedangkan beban serupa hanya menyumbang 8%-9% dari total pendapatan Alfamart.
“Seiring meredanya pandemi Covid-19 juga akan lebih menguntungkan format yang lebih kecil daripada format besar,” beber Fitch.
Sebagai informasi, HERO memastikan seluruh gerai Giant tutup total pada mulai akhir Juli 2021. Bukan hanya itu, perseroan juga akan rubah hingga lima gerai Giant menjadi IKEA sebagai langkah strategis perusahaan.
“Perseroan juga sedang mempertimbangkan untuk mengubah sejumlah gerai Giant menjadi gerai Hero Supermarket,” kata Direktur HERO Hardianus Wahyu Trikusumo, dalam keterbukaan informasi di BEI, Selasa (25/5/2021).
Menurut Wahyu, strategi yang di lakukan tersebut merupakan bentuk dari respon perusahaan agar dapat beradaptasi dari perubahan dinamika pasar, apalagi konsumen Indonesia yang telah beralih dari format hypermarket ke minimarket biasa dalam beberapa tahun terakhir.
“Rencana yang sudah di bicarakan inidiharapkan mampu memberikan efek positif pada kegiatan operasional, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha perseroan. Perubahan strategi ini juga merupakan respons cepat dan tepat perseroan,” katanya.